Meninggal dunia pada usia 96 tahun, pemergian sosok legenda Mooryati Soedibyo awal pagi tadi bagai ‘kehilangan besar’ buat Indonesia.
Selain Mustika Ratu, Dr. B.R.A Mooryati Soedibyo juga mengasaskan Yayasan Puteri Indonesia (YPI) dan produser filem. Wanita ikonik yang pernah meraih pelbagai pencapaian membanggakan itu menghembuskan nafas terakhir sekitar jam 1 pagi tadi.
Sosok almarhumah Mooryati Soedibyo disifatkan bagai ‘kehilangan besar’ buat Indonesia khususnya dalam bidang pembangunan wanita, kecantikan dan kesihatan.
Jenazah almarhumah Ibu Mooryati dikebumikan pada tengah hari yang sama di Tanah Perkuburan Tapos, Bogor. Maklumat tersebut disampaikan sendiri oleh anaknya Putri Kus Winu Wardani dan disahkan oleh Duta Khas Presiden hari ini.
Menurut keluarga, “Dalam momen ini, kami memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin pernah dilakukan oleh almarhumah, baik dalam tutur kata mahupun tindakan selama hidupnya.
Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan beliau dan mengampuni segala dosa dan kesalahannya. Aamiin yra.
Kami, keluarga yang ditinggalkan, dengan hati yang berdukacita, mengucapkan terima kasih atas segala doa dan simpati yang telah diberikan oleh seluruh pihak.
Semoga almarhumah diberikan tempat yang layak di sisi-Nya dan diberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.”
JASA
Pernah meraih Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena jasanya pada Indonesia pada tahun 2009, cucu Raja Jawa itu juga digelar pahlawan nasional Indonesia, Sri Susuhunan Pakubuwana X.
Bukan mudah untuk menjejak kisah terbaru almarhumah bertaraf legenda ini sewaktu hayatnya. Barangkali di atas faktor umur dan tidak lagi memimpin PT Mustika Ratu, almarhumah lebih senang menikmati sisa kehidupan jauh daripada perhatian media.
Namun pada Mac lepas, almarhumah meraih penghargaan Lifetime Achievement Award dari Thailand. Penghargaan tersebut disampaikan sendiri oleh isteri Perdana Menteri Thailand, Dr. Pakpilai Thaivisin.
Ibu kepada lima cahaya mata, Djoko Ramiadji, Putri Kus Wisnu Wardani, Dewi Nurhandayani, Haryo Tedjo Baskoro dan Yulita Warastuti itu selesa beristirahat dan menyerahkan urusan dunia kepada para pewaris.
Walau berstatus jutawan kosmetik serta memiliki segudang harta yang melimpah-ruah, keluarga ini tetap merendah diri.
CUCU RAJA JAWA
Dilahirkan pada 5 Januari 1928 di Solo, almarhumah Ibu Mooryati membesar di istana, atau keraton, di Surakarta yang sarat kebudayaan Jawa. Di sini jugalah beliau mengenal tumbuhan berkhasiat, meramu jamu dan kosmetik tradisional dari bahan semula jadi.
Nenda almarhumah Ibu Mooryati merupakan pemerintah dari susuhunan kesembilan Kesunanan Surakarta (1893-1939) sekaligus menjadikan keluarga itu susuhunan paling lama memerintah dalam sejarah Surakarta.
Gelaran B.R.A pada pangkal nama almarhumah Ibu Mooryati adalah singkatan kepada Bendara Raden Ayu yang diberikan oleh kerajaan kepada golongan putera puteri Sultan, cucu cicit hinggalah generasi di bawahnya.
BERNIAGA
Cantik dan pintar. Begitulah gambaran masyarakat terhadap sosok almarhumah Ibu Mooryati sejak dahulu lagi.
Almarhumah merupakan alumni Universitas Saraswati, Universitas Terbuka dan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahkan gelaran Doktor diperoleh dari Universitas Indonesia dalam jurusan Ekonomi.
Bukan itu sahaja, almarhumah Ibu Mooryati merupakan penerima gelaran doktor tertua di Indonesia dan tercatat dalam The Indonesia World Records Museum (MURI)!
Seorang yang pandai menari, almarhumah menikah saat usianya menginjak 37 tahun. Almarhumah mendirikan rumah tangga dengan Soedibyo Purbo Hadiningrat pada tahun 1965, kemudian mengikuti suaminya bertugas di Sumatera Utara.
Sebagai suri rumah, almarhumah Ibu Mooryati fokus terhadap tugasnya sebagai ibu anak lima. Sambil menjaga Djoko Ramiadji, Putri Kus Winu Wardani, Dewi Nur Handayani, Haryo Tejo Baskoro dan Yulia Astuti di rumah, beliau mengamalkan jamu setiap hari.
Siapa sangka, hobi minum jamu Ibu Mooryati menjadi ikutan wanita lain. Beliau menggunakan resipi asli Keraton Surakarta untuk meracik jamu dan kosmetik dari bahan alami.
Jamu racikan ini mula digemari dan mendapat banyak tempahan. Di situlah bermulanya idea untuk berniaga.
Tanpa mempedulikan komen-komen negatif, beliau merintis perniagaan jamu dari ruangan garaj di rumah. Waktu itu (tahun 1973) Ibu Mooryati hanya sekadar mempunyai modal Rp 25,000 (sekitar RM7) untuk membangunkan Mustika Ratu.
Mengambil nama Mustika Ratu dari peribahasa Jawa, empayar Ibu Mooryati pun berkembang ketika umurnya 45 tahun. Dari bantuan dua orang pembantu menjadi 25 orang dan kemudian meningkat 50 orang. Kesemua pekerja ini mendiami rumahnya.
Ingat lagi nama-nama jamu Mustika Ratu yang pernah kita amalkan dulu? Antaranya Perawatan Remaja Putri, Perawatan Wanita, Kesepuhan dan Sepetan Sari yang sering dijual di toko-toko jamu dan salun kecantikan.
Tahun 1981, almarhumah Ibu Mooryati membangunkan gedung sendiri hasil pinjaman bank berjumlah Rp100 juta untuk memajukan Mustika Ratu. Sejak itu beliau tidak menoleh ke belakang lagi. Maju terus dan memartabatkan produk tempatan Indonesia secara holistik.
LEGENDA
Almarhumah Ibu Mooryati giat menjalankan program di peringkat nasional dan antarabangsa dalam mengangkat sosok wanita yang kuat. Salah satunya pertandingan Puteri Indonesia yang berinspirasikan daripada acara Miss Universe yang dihadirinya pada tahun 1990.
Percaya bahawa wanita mampu memimpin dan menguruskan organisasi, almarhumah menerapkan prinsip Pemberdayaan Perempuan untuk mencapai kesamarataan gender.
Tak hairanlah syarikat almarhumah terpilih sebagai advocate dalam G20 EMPOWER serta menjadi antara 60 perusahaan di Indonesia dan antara 4,637 perusahaan di dunia yang tergabung dalam Women’s Empowerment Principle.
Kini legasi Mustika Ratu terus menjadi kebanggaan rakyat jiran dan menjana ekonomi rakyatnya. Semoga segala jasa dan usaha keras almarhumah Ibu Mooryati diteruskan selepas pemergiannya. Alfatihah!
Artikel berkaitan: https://www.nona.my/amal-jamu-beras-kencur-ini-petua-pengasas-mustika-ratu-ibu-mooryati-soedibyo-sihat-umur-94/
This website uses cookies.